Jumat, 08 Januari 2010

bsi gitu loh

BSI, Program Diploma Mahasiswa Lebih Cepat Kerja
Monday, 15 December 2008

Naba Aji Notoseputro, Direktur Bina Sarana InformatikaKeinginan mahasiswa untuk secepatnya bekerja setelah lulus kuliah direspon BSI dengan menyelenggarakan program diploma bidang yang paling diminati bursa kerja. Wiyono

Mau apa setelah kuliah? Jawaban yang paling lumrah salah satunya adalah agar begitu lulus dapat segera bekerja. Faktanya malah terdapat sekian banyak lulusan perguruan tinggi yang pada akhirnya terpaksa menganggur. Padahal, menurut Naba Aji Notoseputro, Direktur Bina Sarana Informatika, seseorang yang masuk ke perguruan tinggi artinya telah menggantungkan masa depannya. Salah pilih memang bisa berakibat hasilnya berbeda dari harapan semula.

Maka, seperti dijelaskan, sejatinya tugas paling pokok di perguruan tinggi ada dua hal, yakni menyediakan fasilitas dan pelayanan, serta adanya itikad baik mengurusi para lulusan sehingga jangan cuma menciptakan lulusan.

“Fasilitas dan pelayanan artinya luas, baik menyangkut sarana, prasarana belajar, dan isi pengajaran atau dosen. Dan yang kedua yang tidak kalah penting, dan mungkin perguruan tinggi lain banyak yang lupa, setelah mereka (mahasiswa) lulus diurus apa tidak? Di BSI, kita punya lembaga yang namanya BSI Karir, lembaga khusus yang kita bentuk kurang lebih empat tahun lalu yang mengurusi alumni. Jadi begitu mereka lulus, langsung dihubungkan dengan perusahaan-perusahaan yang mau mencari karyawan. Kita bekerja sama dengan ratusan perusahaan yang minta alumni-alumni kita, termasuk juga mahasiswa-mahasiswa semester lima dan enam yang mau magang,” terang Naba.

BSI Karir dalam setahun memiliki program, dua kali mengadakan event bursa kerja dikhususkan bagi para alumni BSI secara gratis. Walaupun lokasi pameran berada di luar kampus, lulusan dari perguruan tinggi lain tidak boleh ikut menjadi peserta. Sebagai contoh, pameran terakhir dilaksanakan di Istora Senayan bulan lalu dengan diikuti ribuan orang peserta dari seluruh Indonesia. Maklum, saat ini BSI telah mempunyai 15 jurusan di 40 lokasi kampus cabang meliputi Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, ditambah Pontianak, Kalimantan Barat, dan terdapat lebih dari 40.000 orang mahasiswa aktif.

Menariknya, dalam hal program studi sejauh ini BSI lebih fokus pada program-program tenaga siap kerja tingkat akademi D3. Alasannya, menurut Naba, mengikuti pendidikan D3 memiliki keuntungan tersendiri, mahasiswa tidak butuh waktu belajar terlalu lama, biaya lebih murah, lulus sudah siap kerja. “Di samping itu, kita juga telah menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi lain yang telah menyelenggarakan program S1. Lulusan BSI dapat memperoleh gelar sarjana cukup tambahan kuliah satu tahun, jadi biayanya lebih murah,” sambungnya.

Menyinggung besarnya biaya perkuliahan, seperti disebutkan, rata-rata untuk tiap jurusan besarnya di bawah angka Rp 1 juta, relatif murah. Tetapi Naba menekankan, biaya murah tersebut bukan lantas kualitas pendidikan yang rendah. Sebaliknya, itu dikarenakan lembaga yang memiliki slogan cyber campus tersebut mampu memangkas beberapa komponen biaya, salah satu di antaranya melalui sistem layanan tanpa menggunakan kertas.

“Begitu masuk, mahasiswa kita kasih alamat email. Mereka juga harus terbiasa dengan IT, karena sistem layanan kita sudah tidak mempergunakan kertas lagi. Untuk mengecek jadwal kuliah atau jadwal dosen, misalnya, mereka tidak perlu ke kampus. Caranya ada tiga pilihan, pakai SMS, telpon call centre, atau pakai internet. Jadi di mana pun berada, mereka bisa mengakses data kampus, semuanya, jadwal kuliah, jadwal ujian, kuliah pengganti, waktu wisuda, cek nilai, cek total SKS, dan sebagainya. Selama 24 jam setiap hari mahasiswa bisa mengakses informasi, asalkan punya HP,” jelas Naba.

“Jadi layanannya sudah benar-benar full IT, dan itu juga sekaligus bisa benar-benar menekan biaya. Mahasiswa pun sebenarnya tidak harus beli buku, sebab bahan-bahan kuliah, setelah dosen mengajar, bahan kuliah itu bisa di-download sendiri di situs BSI, pakai log in mereka,” tambah kelahiran Purworejo 40 tahun yang lalu itu.

Sedangkan soal kurikulum atau pun kegiatan perkuliahan, di BSI dapat dikatakan tidak jauh berbeda dengan lembaga-lembaga perguruan tinggi lainnya. Namun yang perlu dicatat, dengan sistem MCL (Multy Channel Learning) boleh dibilang kegiatan belajar-mengajar setingkat lebih moderen. Sebab selain menganut konsep belajar-mengajar melalui tatap muka, proses tersebut juga telah memakai bantuan model e-learning. Yakni, bagi mahasiswa yang ketinggalan materi bisa mengunduh bahan-bahan ajar yang dikuliahkan itu dari internet. Ditambah adanya pemanfaatan ICT (Information Communication Technology) untuk sarana komunikasi dengan dosen melalui kirim SMS, email, atau dengan cara chatting.

“Mereka harus tetap kuliah tatap muka dengan dosen, sebagai ajang diskusi atau dosen berbicara dengan mahasiswanya. Tidak mungkin sebuah proses belajar-mengajar tanpa ada tatap muka atau tidak ada sentuhan,” tukas ayah tiga putra tersebut.

Supaya para mahasiswa memperoleh gambaran dunia kerja secara nyata, tenaga pengajarnya pun, selain dosen tetap juga kerap mengambil dosen tamu dari kalangan praktisi.

Sejak diresmikan Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika (AMIK BSI) 1994, kini BSI memiliki 6 program akademi. Terakhir adalah Akademi Manajemen Keuangan (AMK BSI), sekarang ini masuk angkatan pertama dengan tiga buah jurusan, Manejemen Perbankan, Akutansi Perpajakan, dan Pasar Modal. Dan rencananya, tahun ini akan dibuka Akademi Seni dan Desain (ASD BSI).

Walau program-program di atas seluruhnya merupakan program siap kerja, tetapi di BSI memiliki kekhasan, diajarkannya mata kuliah entrepreneurship. “Kami melihat entrepreneurship itu sangat penting. Tentunya bukan kewirausahaannya tetapi yang kita tekankan adalah jiwa entrepreneur-nya. Bukan berarti suatu ketika mahasiswa itu harus berwirausaha, tetapi yang penting jiwa entrepreneur yaitu challenge, inovatif, jeli melihat peluang, tidak putus asa dalam memecahkan suatu masalah, itu yang ingin kita bangun. Jadi setiap jurusan pasti ada mata kuliah entrepreneur sebagai mata kuliah wajib, selain juga ilmu komputer,” ungkap Naba.

Kelebihan Bina Sarana Informatika:
- Terdapat lembaga BSI Karir yang membantu menyalurkan pekerjaan bagi para lulusannya.
- Fokus pada pendidikan gelar D3, tenaga siap kerja dengan biaya relatif terjangkau.
- Kualitas pendidikan tetap diperhatikan dengan menerapkan sistem MCL (Multy Channel Learning).
- Adanya tambahan mata kuliah entrepreneur sebagai mata kuliah wajib.

Tidak ada komentar: